Senin, 14 Maret 2016

Sembari Mengucap Maaf

K
ucoba membuka mata secara perlahan, kepalaku terasa sakit. Ku lihat kesekeliling. Ruangan ini sangat sepi hanya ada aku seorang di dalamnya. Entah bagai mana aku bisa berada di tempat ini, Semua itu masih menjadi pertanyaan bagiku. Kulihat pintu terbuka, ada seseorang yang masuk. Aku ketakutan jariku mulai gemetaran. Kulihat seorang wanita sebayaku mulai melangkah memasuki ruangan menuju ke arahku.
“Bagai mana keadaanmu?” ia mulai bertanya tentang keadaanku.
“Kepalaku masi terasa sakit. Tapi, tempat apa ini?” jawabku pada Fira.
“Ini rumah sakit. Tadi kamu pinsan di koridor sekolah, untung tadi ada Miko yang menolongmu dan membawamu ke sini. Tadi dia langsung menelponku, jadi aku langsung ke sini untuk melihat keadaanmu.” Tukasnya menjelaskan apa yang telah terjadi.
“Miko? Lalu dimana dia sekarang?”
“Dia sudah pulang, dia langsung pergi setelah membawamu ke sini. Sebenarnya ia melarangku untuk bilang padamu, kalau dia yang telah menolongmu .” ucapnya sambil mengambil segelas air di meja dan memberikannya ke arahku.
          Fira adalah sahabatku, sedangkan Miko adalah orang yang sangat ku benci di sekolah. Karena Miko adalah sainganku, kami berdua selalu bersaing hampir dalam semua hal. Ia selalu berkata jika ia tak pernah menganggapku sebagai lawan,tapi aku takpercaya. Tapi yang terjadi hari ini membuatku tak percaya, Miko menolongku? padahal sikapku selama ini terhadapnya sangat tidak baik. Aku selalu memarahi dan berkata kasar padanya.
“Hy sayang. Bagaimana keadaanmu? Sudah baikkan?” sapa ibu yang baru datang.
“Aku sudah baikan bu.  Karna ada Fika yang merawatku sejak tadi.”
“Oh, fira. Terimakasi banyak telah merawat Dhyla selama tante tak ada.”
“sama-sama tante, lagi pula bukan fira yang nolongin Dhyla, tapi temen fira, namanya Miko. Tadi Miko yang bawa Dhyla ke sini, terus langsung nelpon fira. Kalau bukan Miko mungkin Dhyla masih pingsan di koridor sekolah.”
“Ucapkan terimakasih tante sama Miko. Bilang kalau tante sangat berterimakasih sama dia karna udah nolongin Dhyla. Kalau bisa suruh dia kesi kapan-kapan biar tante bisa berterimakasih secara langsung sama dia.”
“Ia tan, entar Fira sampein ma Miko.”
“ya udah, tante keluar dulu mau ketemu dokter. Sayang, mama keluar dulu ya.”
“Ia ma.” Balasku singkat pada mama.
***
“Hay Dil, gimana keadaan kamu?” Hari ini Miko datang untuk menjengukku. “Aku udah baikan, makasih karna udah nolongin aku kemarin.”Ku berterimakasih padanya seraya dengan kepala tertunduk dan raut wajah bersalah. Semua seketika hening... Namun keheningan itu seketika pudar saat fira, ibu & Dita muncul dari balik pintu.
“Miko.. kapan kamu datang?” sontak Fira terkejut karna Miko ada di sini. “tante, ini Miko temen fira yang udah nolongin Dhyla kemarin.” Sambungnya, memperkenalkan Miko pada mama.
“Oh, jadi ini yang namanya Miko...!” Miko tersenyum sembari menundukkan kepalaya. “Miko..  makasih banyak ya karna sudah nolongin Dhyla kemarin.” Sambungnya. “Iya, sama-sama tante.”Balas Miko singkat.
“Kak Miko pacarnya kak Dhyla ya..?” cerocos Dita tiba-tiba yang membuat aku dan Miko terkejut dan di sambut dengan senyuman mama dan Fira yang hampir menjadi tawa.
“Dita, kamu ini apa-apaan sih. Masih kecil udah ngomong tentang pacar-pacaran, anak kecil tau apa sih..! Miko itu teman sekelas kakak.”  Jawabku dengan nada kesal.
Seketika dokter masuk kedalam kamar, aku meliahat ia membawa teman setianya di salah satu katong tas yang ia pegang di tangan kirinya.
          “Selamat sore semuanya..” sapa dokter pada kami semua.
“Sore dokter.” Jawab mama singkat di sertai senyum manisnya.
Dokter segera mendekat padaku dan mengeluarkan suntiknya yang tajam, aku sedikit ketakutan tapi dengan perlahanku ulurkan lenganku ke arahnya.
“Bu, hasil tes kemarin terhadap pasien atas nama Vadyla putry yaitu.... positifDemam Berdarah.!”  Ucapan dokter tersebut membuat kami semua terkejut. Yatuhan.. bangai mana mungkin aku bisa terserang penyati ini. Rasanya aku masih tak percaya. Padahal ku merasa baik-baik saja, mungkin saja dokter salah, aku pasti hanya kecapean.
***
Telah satu minggu aku berda di rumah sakit ini, dan selama itu Miko selalu datang ke sini untuk menjengukku. Dia juga mencatat semua pelajaran dan tugas untukku, bukan hanya mencatatnya namun dia juga selalu menjelaskannya satu-persatu agar aku tak ketinggalan pelajaran. Rasanya sangat tak menyangka, harusnya Miko senang karna aku sakit dan tidak masuk sekolah. Karna itu berarti saingan terberatnya otomatis pasti kalah. Namun ia malah mengarjarkanku semua ilmu yang ia dapatkan di sekolah. Aku sungguh merasa bersalah padanya, atas semua yang telah ku lakukan padanya dulu.
***
“Bu, bisa kita bicara sebentar?” ucap dokter pada mama.
“Baik dok.”
Mama dan dokter segera keluar dari kamar tempatku di rawat. Aku sedikit penasaran dengan apa yang mereka berdua bicarakan. Karna tampaknya dokter ingin bicara serius dengan mama.
Mama masuk dengan wajah pucat, sepertinya ada yang tidak beres. Aku jadi semakin penasaran sebenarnya ada apa. Wajah mama terlihat seperti sedang menahan tangis. Ingin sekali rasanya aku menanyakan apa sebenarnya yang dokter bicarakan pada mama, namun aku menahan rasa itu. Aku tak tega melihat mama, aku yakin nanti mama pasti akan memberitahukannya padaku.
***
          Telah satu bulan aku berada di rumah sakit. Semakin hari keadaanku semakin memburuk, lenganku sudah memar berwarna keunguan karna suntikan yang terlalu sering mendarat di lenganku. Ahirnya aku tau apa penyebab mengapa wajah mama murung waktu itu.
Penyakit demam berdarahku ternyata telah mencapai Stadium 3. Betapa cepat penyakit mematikan itu menggerogoti tubuhku ini. Padahal rasanya baru sebulan lalu aku berlari-lari di sekolah karna terlambat  dan menjahili teman juga mengejek Miko di kantin sekolah.
Astafirullah... jika mengingatnya, rasanya aku tak punya semangat hidup lagi. Namun Fira dan Miko selalu memberiku semangat, mama pun selalu berkata kalau aku pasti akan sembuh. Namun tetap saja, aku yang merasakan bukan mereka. Sejak saat itu aku selalu berdoa agar tuhan memberiku kesembuhan.
***
Setiap malam saat hendak tidurku selalu berdoa agar esokku masih sempat melihat dunia ini. Ku ingin memperbaiki semua kesalahan yang pernahku perbuat, terlebih lagi pada Miko. Betapa banyak salahku padanya, saatku mengejek dan merendahkannya dihadapan semua teman-tema namun ia hanya diam. Air mataku berlinang tanpa sadar saatku mengingat semua kesalahanku di masa lalu, di saat aku mengejek Miko yang seorang anak penjahit, di saatku melawan pada mama, dan di saatku berbohong pada mama akan kesalahanku lalu melimpahkan kesalahan itu pada Dita. Betapa banya salah yangku perbuat selama ini.
Sekarang aku mengerti mengapa tuhan memberiku penyakit ini, Ia ingin aku menyadari semua kesalahanku dan bertobat padanya.
Sejak saat itu setiap hari tak satu kalipunku meninggalkan shalat, meski harus shalat dengan posisi duduk. Betapa sejuknya setiap tetes air whudu yang menyentuh kulit ini, dan betapa sejuk dan damainya hati ini setiap selesai shalat. Mengapa aku tak pernah menyadari semua itu. Memang benar kata pepatah, bubur telah mendadi nasi. “penyesalan slalu datang terlambat.”
***
Hari ini keadaanku sedikit membaik, Miko menamaniku berjalan-jalan di taman. “Miko...”
“iya...” balasnya pelan. “aku...aku minta maaf..” tatapannya seketika tajam kearahku. Mungkin ia terkejut dengan ucapanku barusan, mungkin ia telah lama menunggu kalimat itu meluncur dari bibirku. Karna  aku sangat pantang untuk mengucapkan kalimat itu, apa lagi pada Miko.
Ia terdiam. Ku lihat wajahnya, ia tampak pujat namun ada senyum manis di wajahnya yang seprti di tahan. Bibir mungilnya bergetar, tiadaku sangka sebutir air mata menetes dari matanya. Ku yakin kini perasaannya sedang tak menentu, bahagia, kaget, terharu, sedih, semua pasti jadi satu.
***
Hari ini aku sangat ingin ke sekolah, jadi ku minta mama untuk mengantarku. Meski awalnya mama tak mengijinkan karna kondisiku, namun aku berhasil merayu dan meyakinkan mama jika aku akan baik-baik saja karna di sana ada Miko dan Fira yang akan selalu menjagaku.
          Betapa indahnya bisa berada di sekolah kembali, setelah 3  bulan aku berada di rumah sakit yang membosankan itu. Hari ini aku ingin menikmati semua keindahan yang ada di sekitarku sebelum aku menutup mata untuk slamanya.
Aku berjalan dengan santai bagai tanpa beban menyusuri koridor sekolah, semua mata tertuju padaku. Mereka bagai melihat sesuatu yang sangat mustahil, namun aku tak terkejut. Ku terus melangkah mungkin mereka terkejut dengan penampilanku yang baru, dengan jilbab putih yang kini membalut kepalaku dan menutupi rambut panjangku, menutup semua aurat yang dulu slalu perlihatkan. Aku bahagia bisa menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.
Kuberjalan dengan santai ke arah kelas, jilbab putih yang aku kenakan bagaikan memberiku kekuatan untuk berjalan dan kepercayaan diri yang sangat besar. Saat ku memasuki kelas, ku lihat sosok seorang Miko yang menatapku takjub dengan senyuman manisnya.
“Subehanallah...” bibirnya bergetar menyucap kata takjub melihat sosok diriku yang baru di hadapannya.
“Dhyla.. ini kah dirimu...?” aku hanya membalasnya dengan senyuman. Ia menatapku seakan tak percaya.
***
Di taman sekolah tak jauh dari kelas kami aku, Miko, dan Fira tengah duduk di atas rumput yang hijau sembari bersandar di pohon besar yang tumbuh rindang.
“semalam aku bermimpi bertemu Ayah.” Kalimat pertama yg keluar dari bibirku yang menghamburkan kehenikan yang sejak tadi menemani kami.
Mereka menatapku dengan tajam. Tak  heran mereka kaget mendengar ucapanku barusan. Ayah tlah lama pergi meninggalkan kami semua, saat usiaku berumur 6 tahun dan adikku 3 tahun ayah mengalami kejelakaan mobil yang sangat mengerikan, kecelakaan itu telah mengambil nyawa ayah tepat di hari ulang tahunku, itu menjadi kado terpahit sepanjang hidupku. Namun ku rasa kini aku akan menyusul ayah tepat di tanggal 04 bulan november.
“senyumnya saat itu sangat indah.” Bibirku kembali menguluarkan kalimat. Pandanganku tetap ke depan jauh menerawang.
Aku memeluk Fira erat-erat, betapa beruntungnya aku memilikinya. Ia mengajarkanku bahwa sahabat tak ternilai harganya. Seburuk apapun diriku selama ini ia tetap ada di sampingku, sebagai SAHABATKU.
“kau sahabat terbaikku... aku mencintaimu..” kupeluk ia sembari meneteskan air mata.
Aku berbalik menatap miko, ku lihat matanya yang tak mampu menahan tagis. Ku peluk ia erat.
“Aku siap dengan segalanya. Kini ku tenang karna aku telah berubah menjadi orang yang lebih baik karena mu. Aku beruntung karena tuhan memberiku diri mu di ahir sisa waktuku.” Tubuhku melemas, ia bawa kepalaku bersandar dalam pelukannya. Ku lihat air matanya yang tak kuasa menahan tangis. Dengan perlahan dan dengan sisa kekuatanku, ku gapai tangan Fira dan ku genggam dengan erat.
Waktuku tak banyak, namun setidaknya ku diberi kesempatan tuk perbaiki semua kesalahan ku di masa lalu.
Dengan wajah pucat dan senyum terakhirku, ku kumpulkan kekuatanku tuk mengucap
“Izinkanku menutup mata tuk melepas dunia, sembari mengucap MAAF”
***




Ku pergi dengan senyum bahagia. Ku iklaskan ke pergianku saat ini tuk menghadap Ilahi. Tak ada penyesalan di hatiku, ada rasa bahagia bisa pergi dengan tenang dalam pelukan dan genggaman tangan orang yang ku sayangi. Dan di balut jilbab Putih yang indah.

..........................................Tamat..........................................


Untuk Miko:
....Terimakasih karna telah mengajarkan ku tuk menjadi orang yang lebih baik. Kamu yang telah mengajarkanku arti sebuah kehidupan. Aku bahagia dengan kepergianku, karna sebelumku pergi aku tlah di beri kesempatan tuk meerbaiki semuanya dan menjadi orang yang tau arti sebuah kehidupan. Terimakasih.....

“Dunia ini adalah Fana... dunia bagaikan panggung sandiwara.  Manusia bagai pemeran dan tuhan adalah sutradara. Tuhan yang telah mengatur semua yang akan terjadi di bumi ini. Jika ia berkehendak, maka itu lah yang akan terjadi. Dan tak ada satu pun yang mampu mengubah kehendak-Nya.”


.....Izinkanku menutup                                                           mata tuk melepas dunia. Sembari mengucap “MAAF’...........



                    By Amriani Sakra


Untuk sekedar informasi, cerpen ini sudah cukup lama saya tulis. saat itu ketika kami murid kelas 1 (SMA) di tugaskan untuk membuat sebuah cerpen oleh guru bahasa indonesia. dan... terciptalah cerpen ini....
"Mohon dimaklumi. tulisan tangan anak kecil yang manis ini..." :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar