M
|
eski kini adalah detik terakhir
namun selalu ada luka yang hadir. Selalu ada perih yang menyambar batin, meski
bungkam menjadi pilihan namun sakit itu akan selalu tertanam. Malu tentu saja
malu, air mata tak ubahnya menjadi semut kecil yang hadir namun selalu tak
terlihat oleh mata. Selalu ada pertanyaan yang tersimpan dibalik pintu itu “apa
yang salah ?” diam bukan pilihan yang bijak namun berontak selalu jadi pilihan
yang salah ! namun bungkam tetap menjadi satu-satunya pilihan. Meski telah
terbiasa, tapi tetap saja perih tak pernah absen.
Semakin lama
luka semakin perih bahkan menjadi nanah yang mematikan. Meski telah kering
namun tetep meninggalkan jejak ! waktu terus berjalan, hari terus berlalu
layaknya cinta sesaat yang indah hanya di awal saja begitupun kisah ini,
semakin lama semakin menyakitkan !
Menjadi satu
bagian penting yang akan selalu jadi cerita yang ingin ku lupakan dan selalu
menjadi harapan dalam sujudku “semoga cepat berlalu”. Berharap setelah badai
akan ada cahaya semoga setelah ini takkan ada lagi cerita yang sama.
Album ini akan
segera ku tutup. Mungkin hanya akan menjadi kenangan yang tak begitu berarti
bagiku. Akan kubuka album yang baru dengan cerita yang baru. Album yang kelak
akan dipenuhi oleh debu. Album yang mengajarkanku betapa sulitnya hidup ini.
Yang menyadarkanku bahwa kemunafikan tak ubahnya milik manusia.
Panggung
sandiwara ini membuatku terlahir sebagai aktris baru yang kini siap menuju
panggung sandiwara baru. Panggung yang tak pernah ku jamah sebelumnya, namun
semoga saja bukan panggung yang sama seperti saat ini. “setiap tokoh memiliki kisahnya sendiri” itu yang selalu kuyakini
selama ini. Mungkin dibuku A si B hanya menjadi seorang figuran, namun di buku
C tak menutup kemungkinan si B adalah tokoh utamanya. Mungkin dalam kisah ini
aku bukanlah pemeran utama namun mungkin saja dalam kisah yang sedang
menantiku, aku adalah pemeran utamanya.
Menunggu
narasi baru dalam perjalan hidupku membuat rasa takut juga bahagia menyapa.
Laksana senja yang mengawali hari, aku ingin lahir kembali dalam duniaku
sendiri. Dengan naskah yang kutulis sendiri dengan tanganku bukan naskah yang
telah siap untuk ku mainkan. Memaksaku berperan menjadi sosok yang lain dan
tersenyum untuk menggambarkan senyum orang lain.
Teater bukan
hanya sekedar drama yang harus dimankan dalam sebuah panggung dan berakhir
dengan tepuk tangan para penonton. Namun teater adalah ketika seorang tokoh
melepas jiwanya sesaat dan mengambil jiwa lain yang harus ia jaga. Panggung
adalah miliknya, impropisasi adalah batu yang telah digenggam. Menjadi jiwa
yang baru namun tak melupan jiwa yang sesungguhnya.
Alur kehidupan
akan terus berjalan berbagai macam pintu telah menanti. Pilihlah pintu yang
engkau sukai sebagai seorang actor dan mainkan yang ada didalamnya sebaik mungkin……..
-AS