Sabtu, 22 Maret 2014

M



M
eski kini adalah detik terakhir namun selalu ada luka yang hadir. Selalu ada perih yang menyambar batin, meski bungkam menjadi pilihan namun sakit itu akan selalu tertanam. Malu tentu saja malu, air mata tak ubahnya menjadi semut kecil yang hadir namun selalu tak terlihat oleh mata. Selalu ada pertanyaan yang tersimpan dibalik pintu itu “apa yang salah ?” diam bukan pilihan yang bijak namun berontak selalu jadi pilihan yang salah ! namun bungkam tetap menjadi satu-satunya pilihan. Meski telah terbiasa, tapi tetap saja perih tak pernah absen.
Semakin lama luka semakin perih bahkan menjadi nanah yang mematikan. Meski telah kering namun tetep meninggalkan jejak ! waktu terus berjalan, hari terus berlalu layaknya cinta sesaat yang indah hanya di awal saja begitupun kisah ini, semakin lama semakin menyakitkan !
Menjadi satu bagian penting yang akan selalu jadi cerita yang ingin ku lupakan dan selalu menjadi harapan dalam sujudku “semoga cepat berlalu”. Berharap setelah badai akan ada cahaya semoga setelah ini takkan ada lagi cerita yang sama.
Album ini akan segera ku tutup. Mungkin hanya akan menjadi kenangan yang tak begitu berarti bagiku. Akan kubuka album yang baru dengan cerita yang baru. Album yang kelak akan dipenuhi oleh debu. Album yang mengajarkanku betapa sulitnya hidup ini. Yang menyadarkanku bahwa kemunafikan tak ubahnya milik manusia.
Panggung sandiwara ini membuatku terlahir sebagai aktris baru yang kini siap menuju panggung sandiwara baru. Panggung yang tak pernah ku jamah sebelumnya, namun semoga saja bukan panggung yang sama seperti saat ini. “setiap tokoh memiliki kisahnya sendiri” itu yang selalu kuyakini selama ini. Mungkin dibuku A si B hanya menjadi seorang figuran, namun di buku C tak menutup kemungkinan si B adalah tokoh utamanya. Mungkin dalam kisah ini aku bukanlah pemeran utama namun mungkin saja dalam kisah yang sedang menantiku, aku adalah pemeran utamanya.
Menunggu narasi baru dalam perjalan hidupku membuat rasa takut juga bahagia menyapa. Laksana senja yang mengawali hari, aku ingin lahir kembali dalam duniaku sendiri. Dengan naskah yang kutulis sendiri dengan tanganku bukan naskah yang telah siap untuk ku mainkan. Memaksaku berperan menjadi sosok yang lain dan tersenyum untuk menggambarkan senyum orang lain.
Teater bukan hanya sekedar drama yang harus dimankan dalam sebuah panggung dan berakhir dengan tepuk tangan para penonton. Namun teater adalah ketika seorang tokoh melepas jiwanya sesaat dan mengambil jiwa lain yang harus ia jaga. Panggung adalah miliknya, impropisasi adalah batu yang telah digenggam. Menjadi jiwa yang baru namun tak melupan jiwa yang sesungguhnya.
Alur kehidupan akan terus berjalan berbagai macam pintu telah menanti. Pilihlah pintu yang engkau sukai sebagai seorang actor dan mainkan yang ada didalamnya sebaik mungkin……..

-AS