G e n a n g a
‘N ’
A
|
ku merindukan kamu.
Sungguh ini hanya rindu.
Sore tadi hujan turun mengguyur hampir setiap sudut kota. Aku melihat
hujan turun. Apa kamu juga melihatnya ? kita berada di bawah langit yang sama,
tapi apakah kamu memandang hujan yang sama dengan ku ?
Bagaimana kabarmu di kota itu ?. Apa hujan selalu datang di tempatmu berada
sekarang ?. Hujan sampir setiap hari menyapaku. Hujan membuat genangan-genangan
yang tanpa sengaja membawaku pada kenangan tentang kamu.
Setiap genangan yang tercipta seakan
bercerita tentang kamu. Aku bisa melihat wajahku sendiri di permukaannya, tapi
anehnya setiap saat itu juga aku seakan melihat kamu. Kamu tersenyum, senyum
itu indah.
Apa kamu juga melihat sebuah genangan
? genangan yang hujan cinptakan. Genangan untuk kita? Iya ! mungkin. Genangan yang
tercipta oleh hujan untuk kita saling menyapa. Genangan yang tercipta oleh
tetes demi tetes, membawa aku perlahan hanyut dalam cerita tentang kamu.
Setiap orang berlalu melewati
genangan, ada pula yang melompat kedalamnya. Aku tersenyum. Jika itu dirimu,
diberi dua pilihan, akan kah kamu berlalu melewatinya atau kamu akan melompat
kedalamnya ?.
Genangan hadir karena keberadaan
hujan. Aku tercipta dengan sebuah alasan, Akankah itu Kamu (?). Genangan tak
henti-hentinya menguras rasa rindu ku. Rasa ini semakin memuncak. Hujan telah
reda malam ini, akan kah esok hujan datang lagi ?. Jika ia, maka rindu ku akan
menyapa –lagi- dan genagan kembali membawaku kepada kamu.
Sore tadi genangan sejenak mengecup
pelan pipiku dan berbisik manis tentang kamu. Lagi-lagi aku tersenyum. Aku kembali
hanyut tentang kamu. Aku terus membiarkan kamu menyapa ku melalui genangan.
Kita punya cara berbeda untuk saling
menyapa. Kita punya hal baru untuk berjumpa. Kita membuat ‘sesuatu’ untuk saling
mencintai.
Tetes air hujan membutuhkan waktu untuk menjadi genangan. Aku dan
kamu butuh proses untuk menjadi kita. Genangan dan kita tidak lah satu. Genangan
dan kita berbeda,
Genangan, itu Kenangan....
20:09
30 September 2016
-As