Minggu, 05 Maret 2017

Surat untuk Rindu



R I N D U !
D
an, saat malam datang, sejenak hening menyergap tubuh ini. Rindu mulai menyapa. Saat hujan turun, genangan demi genangan tercipta, membawa aku hanyut dalam kenangan tentang kita. Mungkin, sepi ingin menyapa, mungkin tangis ingin bermain, dan mungkin saja dinginnya malam adalah pelukan yang kamu kirimkan lewat bulan yang bahkan tersipu malu untuk hadir dalam rajut Rindu kita.
          Tetes hujan semakin banyak menghadiri malam ku. Ketukannya dijendala bagaikan nada-nada Rindu yang sedang memberi isyarat Rindu-mu semakin kuat malam ini. Malam demi malam menyapa kesendirianku. Jarak semakin mencekik dan waktu bagai berjalan mundur. Semakin jauh dan semakin jauh dari genggaman jemarimu. Rindu hadir disetiap renunganku, bersama sepi ia menyapa dan kadang air mata turut hadir bersamanya.
          Terkadang, hati berkata kuat namun logika bertanya “Benarkah?” lalu apa yang batin ini harus jawab? Saat waktumu mulai terkuras dan waktuku semakin bermain dalam renungan berasama sepi. Bagaimana mungkin Rindu enggan meninggalkan agan dalam genangan yang mencipta kenangan ?
          Pernah sekali, saat Rindu menyapa dan enggan beranjak aku berfikir ‘Mungkinkah dongengku telah usai?’  hanya kah aku yang berteman sepi? Namun nyatanya senyummu kembali menyapa. Saat genangan mengguyur tubuhku, senyum mu memeluk erat membangkitkan semangat yang sempat redup. Lalu, senyum mu lenyap entah kemana dan Rindu kembali bertamu.
          Malam ini hujan kembali menyapa, langit yang kutatap membawa Rindu. Tangis mulai mengetuk pagar kokoh hatiku. Bagaimana dengan langitmu malam ini?  Adakah kita menatap langit yang sama?  Masikah ada namaku dalam doa yang engkau panjatkan?  Telah sampaikah Rindu yang aku titip pada doa? Adakah Rindu akan berlabu malam ini? Atau Cinta akan saling menyapa dalam iringan agin dari sudutmu hingga ke sudutku ?
          Dan bila hujan tak lagi membentuk genangan, kenangan ku telah sirna, dongengku telah usai, sapalah aku lewat malam kelabu kala hujan bertamu. Akan aku simpan secarik surat untuk Rindu yang kulis namamu didalamnya bersama anganku yang tak kunjung bersandar pada dermaga kasih.
          Kusudahi suratku malam ini untuk Rindu. Jika esok Rindu bertamu lagi, jemari mungkin akan kembali bercinta dengannya. Jika esok pagi kulihat genangan kenangan oleh hujan malam ini, akan aku sebut nama-mu bersama Rindu. Semoga esok angin ingin mengalah, fajar mengulurkan jemari, kicau burung bermain dalam hangatnya sinar mentari dan semoga Rindu akan sampai, agar Rindu dan Rindu menjadi satu.

Makassar,
Minggu, 05 Maret 2017.
Surat untuk Rindu’
-Ay