R I N D U !
D
|
an, saat malam datang, sejenak hening menyergap tubuh
ini. Rindu mulai menyapa. Saat hujan turun, genangan demi genangan tercipta,
membawa aku hanyut dalam kenangan tentang kita. Mungkin, sepi ingin menyapa,
mungkin tangis ingin bermain, dan mungkin saja dinginnya malam adalah pelukan
yang kamu kirimkan lewat bulan yang bahkan tersipu malu untuk hadir dalam rajut
Rindu kita.
Tetes hujan
semakin banyak menghadiri malam ku. Ketukannya dijendala bagaikan nada-nada Rindu
yang sedang memberi isyarat Rindu-mu semakin kuat malam ini. Malam demi malam
menyapa kesendirianku. Jarak semakin mencekik dan waktu bagai berjalan mundur. Semakin
jauh dan semakin jauh dari genggaman jemarimu. Rindu hadir disetiap renunganku,
bersama sepi ia menyapa dan kadang air mata turut hadir bersamanya.
Terkadang,
hati berkata kuat namun logika bertanya “Benarkah?” lalu apa yang batin ini
harus jawab? Saat waktumu mulai terkuras dan waktuku semakin bermain dalam
renungan berasama sepi. Bagaimana mungkin Rindu enggan meninggalkan
agan dalam genangan yang mencipta kenangan ?
Pernah sekali,
saat Rindu menyapa dan enggan beranjak aku berfikir ‘Mungkinkah dongengku telah
usai?’ hanya kah aku yang berteman sepi?
Namun nyatanya senyummu kembali menyapa. Saat genangan mengguyur tubuhku,
senyum mu memeluk erat membangkitkan semangat yang sempat redup. Lalu, senyum
mu lenyap entah kemana dan Rindu kembali bertamu.
Malam ini
hujan kembali menyapa, langit yang kutatap membawa Rindu. Tangis mulai mengetuk
pagar kokoh hatiku. Bagaimana dengan langitmu malam ini? Adakah kita menatap langit yang sama? Masikah ada namaku dalam doa yang engkau
panjatkan? Telah sampaikah Rindu yang
aku titip pada doa? Adakah Rindu akan berlabu malam ini? Atau Cinta akan saling
menyapa dalam iringan agin dari sudutmu hingga ke sudutku ?
Dan bila
hujan tak lagi membentuk genangan, kenangan ku telah sirna, dongengku telah
usai, sapalah aku lewat malam kelabu kala hujan bertamu. Akan aku simpan
secarik surat untuk Rindu yang kulis namamu didalamnya bersama anganku yang tak
kunjung bersandar pada dermaga kasih.
Kusudahi suratku
malam ini untuk Rindu. Jika esok Rindu bertamu lagi, jemari mungkin akan
kembali bercinta dengannya. Jika esok pagi kulihat genangan kenangan oleh hujan
malam ini, akan aku sebut nama-mu bersama Rindu. Semoga esok angin ingin
mengalah, fajar mengulurkan jemari, kicau burung bermain dalam hangatnya sinar
mentari dan semoga Rindu akan sampai, agar Rindu dan Rindu menjadi satu.
Makassar,
Minggu, 05 Maret
2017.
Surat untuk Rindu’
-Ay