Sabtu, 23 September 2017

Hijrah




H I J R A H ?
  

 Satu kata ini sangat menarik perhatian saya akhir-akhir ini.

Satu tahun kebelakang orang-orang di sekitar saya tidak sedikit yang memilih untuk 'hijrah' mendekatkan diri kepala Sang Khalik.

Berbusana layaknya seorang muslim yang seutuhnya. Pakean semakin longgar menutupi lekuk tubuh, hijab menjulang kebawah menutupi dada.

Tidak jarang pertanyaan
"Kapan seperti mereka?"
Muncul dibenak saya. Dan terkadang berkecamuk selama tiga puluh hingga enam puluh menit.

"Ingin kah saya seperti mereka?"
Jawabannya TENTU.

"Kapan? "
Itulah yang tidak bisa saya jawab hingga hari ini.

Sekali lagi, pertanyaan Itu menemui saya ketika tidak sengaja sedang asik Stalking di salah satu akun yang akhir-akhir ini saya 'kagumi' -jangan salah paham. Kaarena tulisan-tulisannya yang bermanfaat-

Saya kembali berpikir.
Apa mungkin ini sebuah panggilan?
Atau, hanya 'panas-panas tai ayam' saja.
Mungkin memang seperti itu.

Lalu, beberapa pertanyaan bertamu di benak ini.
'Sudah pantaskah saya?'
Sedangkan masih banyak salah yang sering diperbuat.
Sedangkan diri ini sangat jauh dari sunnah-sunnah Rasullah SAW.

"Sudahkah perbuatan saya mencerminkan mereka yang menutup aurat dengan sempurna?"
Jawabannya...
Sepertinya TIDAK.
Suara saya masih sering diluar kendali.
Tidak jarang saya berlari atau melompat-lompat kegirangan di muka umum.
Bahkan untuk hal-hal sederhana seperti minum dengan tangan kanan atau makan/minum sambil duduk terlupakan.
Dan hal yang paling identik dengan saya, tidak lain tidak bukan 'SELFIE'. Bertambah parah dengan adanya sosial media yang membuat nafsu saya tidak terkendali untuk meng-uplod-nya sehingga bisa di lihat dan menerima like dari banyak orang. Siapkah saya menghapus semua gambar-gambar itu?

Pertanyaan selanjutnya adalah
"Apakah saya orang baik?"
Pertanyaan ini tidak bisa saya jawab sendiri. Karna hanya orang lain yang bisa menjawabnya. Dan tentunya pendapat setiap orang berbeda. Tapi, beberapa hal yang saya yakin adalah..
Saya orang yang cukup 'kepo' untuk beberapa hal, terlebih lagi untuk 'pernikahan' kenapa? Entahlah.
Saya orang yang suka melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak jarang akibatnya berdampak pada orang lain.
Bagi beberapa orang saya mungkin menjengkelkan. Tidak jarang lisan ini menyakiti perasaan mereka.
Saya bahkan followers setia 'Lambe Turah' yang setiap hari menengok lapak miliknya meski tidak meninggalkan jejak seperti dua kali ketukan apalagi menggerakkan telunjuk di kolom komentar. Itu sangat bukan saya. Saya hanya suka 'mengintip' lalu kabur. Dan tidak jarang apa yang saya lakukan membuat orang lain tidak nyaman meski menurut saya wajar saja (Ego).
"Sudah kah saya menutup aurat?"
IYA!! Ini satu-satunya pertanyaan yang bisa saya jawab dengan bangga. Akan terasa risih bagi saya jika melangkahkan kaki keluar pintu rumah tanpa hijab yang membungkus semua helai mahkota saya. Dan Alhamdulillah nya, saya akan seketika lari ketika ada seorang kaum adam yang bukan muhrim saya mendekat ketika hijab sedang nyangkut entah dimana.

"Sudahkah saya melakukan yang wajib dan sunnah?"
Mungkin juga tidak...
Pada kenyataannya, terkadang saya masih suka lalai menjalankan kewajiban lima waktu seorang muslim. Meski saya melaksanakannya liwa waktu dalam sehari seperti yang diperintahkan, tapi terkadang kewajiban itu baru terlaksana diakhir waktu. Astagfirullah. Padahal dalam buku yang pernah saya baca menegaskan mereka yang mengerjakan Shalat lima waktu di ujung waktu maka mereka tergolong orang-orang munafik. Inilah bentuk kelalaian saya hingga detik ini. Saya juga termasuk orang yang sangat jauh dari shalat-shalat sunnah apalagi bercinta dengannya di sepertiga malam :(

Saya lebih senang mendengarkan lagu-lagu musisi tanah air dibandingkan lantunan ayat-ayat suci Al-qur'an. Waktu luang saya juga lebih banyak dihabiskan berkumpul dengan teman-teman membahas topik-topik hangat terbaru dibandingkan membuka kitab pedoman hidup yang dititipkan-Nya untuk mencapai Jannah atau sekedar membuka buku-buku islami agar tidak keliru dalam hidup.

Masikah pantas orang-orang seperti saya ini menggunakan pakean yang sesuai dengan perintah-Nya? Menggunakan hijab hingga ke dada?

Padahal masih sangat banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam diri ini. Siapkah saya menerima setiap konsekuensinya? Bagaimana jika saya berbuat kesalahan dan orang-orang menyalahkan hijab sempurna yang melekat ditubuh saya? Saat itu datang, masihkan hati saya kuat dan istiqomah?

Tidak dipungkiri diluar sana tidak sedikit mereka yang menilai seseorang dari bungkusan luar yang tersaji.

Lalu, terkadang saya mulai bertanya.
Apakah mereka yang menutup aurat sempurna layaknya wanita muslim sesungguhnya tidak memiliki hak berbuat kesalahan meski mereka hanya wanita biasa?

Kota Metropolitan, 2017
Ayra Mysha Naira.


Assalamualaikum para pembaca tulisan ini,
sedikit bercerita, jadi rangkaian kata diatas yang kalian baca adalah sepenggal bagian dari tulisan yang sebentar lagi akan saya sumbangkan di dunia per-Wattpad-tan Indonesia.

Yup! saya adalah seorang penulis Wattpad amatir dengan user @Ayani_
Jadi, jika kalian suka dan penasaran dengan kisah yang sebenarnya dari  Ayra Mysha Naira yang sedang berjuang untuk hijrah ini, kalian bisa langsung menjumpainya di Wattpad.

Disana saya juga sedikit berkicau tentang Rindu, Jarak dan kawan-kawannya. jika kalian suka membaca atau mendengar puisi puistis yang menyentuh, bisa menengok lapak saya 'S A J A K' by @Ayani_. jangan lupa meninggalkan jejak kalian yaaa^^

Akhir kata, terimakasih sudah mengengok tulisan ini :)
Syukron^^

Wassalam. 

https://www.wattpad.com/443497088-s-a-j-a-k-rintik-dan-rindu

Minggu, 05 Maret 2017

Surat untuk Rindu



R I N D U !
D
an, saat malam datang, sejenak hening menyergap tubuh ini. Rindu mulai menyapa. Saat hujan turun, genangan demi genangan tercipta, membawa aku hanyut dalam kenangan tentang kita. Mungkin, sepi ingin menyapa, mungkin tangis ingin bermain, dan mungkin saja dinginnya malam adalah pelukan yang kamu kirimkan lewat bulan yang bahkan tersipu malu untuk hadir dalam rajut Rindu kita.
          Tetes hujan semakin banyak menghadiri malam ku. Ketukannya dijendala bagaikan nada-nada Rindu yang sedang memberi isyarat Rindu-mu semakin kuat malam ini. Malam demi malam menyapa kesendirianku. Jarak semakin mencekik dan waktu bagai berjalan mundur. Semakin jauh dan semakin jauh dari genggaman jemarimu. Rindu hadir disetiap renunganku, bersama sepi ia menyapa dan kadang air mata turut hadir bersamanya.
          Terkadang, hati berkata kuat namun logika bertanya “Benarkah?” lalu apa yang batin ini harus jawab? Saat waktumu mulai terkuras dan waktuku semakin bermain dalam renungan berasama sepi. Bagaimana mungkin Rindu enggan meninggalkan agan dalam genangan yang mencipta kenangan ?
          Pernah sekali, saat Rindu menyapa dan enggan beranjak aku berfikir ‘Mungkinkah dongengku telah usai?’  hanya kah aku yang berteman sepi? Namun nyatanya senyummu kembali menyapa. Saat genangan mengguyur tubuhku, senyum mu memeluk erat membangkitkan semangat yang sempat redup. Lalu, senyum mu lenyap entah kemana dan Rindu kembali bertamu.
          Malam ini hujan kembali menyapa, langit yang kutatap membawa Rindu. Tangis mulai mengetuk pagar kokoh hatiku. Bagaimana dengan langitmu malam ini?  Adakah kita menatap langit yang sama?  Masikah ada namaku dalam doa yang engkau panjatkan?  Telah sampaikah Rindu yang aku titip pada doa? Adakah Rindu akan berlabu malam ini? Atau Cinta akan saling menyapa dalam iringan agin dari sudutmu hingga ke sudutku ?
          Dan bila hujan tak lagi membentuk genangan, kenangan ku telah sirna, dongengku telah usai, sapalah aku lewat malam kelabu kala hujan bertamu. Akan aku simpan secarik surat untuk Rindu yang kulis namamu didalamnya bersama anganku yang tak kunjung bersandar pada dermaga kasih.
          Kusudahi suratku malam ini untuk Rindu. Jika esok Rindu bertamu lagi, jemari mungkin akan kembali bercinta dengannya. Jika esok pagi kulihat genangan kenangan oleh hujan malam ini, akan aku sebut nama-mu bersama Rindu. Semoga esok angin ingin mengalah, fajar mengulurkan jemari, kicau burung bermain dalam hangatnya sinar mentari dan semoga Rindu akan sampai, agar Rindu dan Rindu menjadi satu.

Makassar,
Minggu, 05 Maret 2017.
Surat untuk Rindu’
-Ay