Rabu, 21 November 2018

Negeri Sakura

Ditulis, 03 September 2018



Udara panas menyambut kedatangan ku di kota ini, suhu mencapai 27°c membuat tenggorokan terasa kering dan tetes keringat bercucuran membasahi pakean yang tengah membalut tubuh ku. Ku rebahkan tubuhku seketika di lantai kayu yang telah dilapisi entah apa namanya. Ya, tubuh ku kelelahan setelah duduk diam selama tujuh jam dimesin terbang dan kembali harus menempuh perjalan dua jam untuk benar-benar tiba dikota ini, Tsukuba tempat ku mengayunkan jari diatas keyboard hp saat ini.

Ini adalah hari ketiga aku berada dikota ini, sebuah kota yang bisa ditemukan dalam peta negara Jepang. Sore ini cuaca amat mendung, sejak kedatangan ku beberapa hari yang lalu hujan terus hadir sesekali memberi ruang pada gerimis udara dingin menyergap memberikan sensasi dingin dimalam hari dan sukses membuat ku mengencangkan pelukan selimut.

Untuk beberapa orang, hawa dingin ini hanyalah sebuah hawa dingin namun berbeda dengan ku yang memiliki alergi dingin. Dinginya seolah memaksa ku untuk mencari sumber kehangatan jika tidak, batuk yang sejak tadi hadir sebagi efek dari rasa dingin yang ku rasakan tak akan mau angkat kaki.

Tsukuba, sebuah kota yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya menginjakkan kaki disini, dahulu kota ini hanya mampir pada gendang telingaku, mendengarkan cerita yang kakak sepupu dan keponakan ku bawa setiap kali mereka kembali ke tanah air.

Tsukuba, sebuah kota yang menjanjikan ketenangan, mungkin juga melupakan.

Yah, aku amatlah lelah dan ku rasa ini adalah waktunya untuk mengistirahatkan hati dari hiruk piruk kota Metropolitan seperti Makassar.

Namun, baru tiga hari disini rasa rindu sudah mengekang ku, ahh aku rindu rumah!


Aku rindu mamah yang selalu bisa ku ajak berbagi hal apapun itu, aku rindu belaiannya dipunggung ku ketika sedang sakit atau sulit tidur. Aku rindu bapak yang meski malu-malu mengungkapkan rindunya, namun dalam kesempatan apapun dirinya selalu mencuri-curi kesempatan menggenggam jemariku seakan memberi ruang tertutup bagi siapapun lelaki diluar sana yang ingin menyakiti ku. Hei, aku anak gadis berharga bapak satu-satunya, tentu saja! kakak satu-satunya yang ku miliki telah menjadi istri orang dua tahun lalu dan telah memberi ku seorang keponakan menggemaskan dan satu-satunya adik ku yang sudah seperti kakak tingkahnya adalah seorang anak lelaki remaja. Maka, tersisa akulah anak gadis bapak yang selalu dirindukannya.


Bagaimana tidak, sejak dulu kami terbiasa LDR. Sejak SMA aku hidup jauh dari orang tua, hanya bisa pulang seminggu sekali dihari sabtu siang dan dihari minggunya bapak dan mamah akan mengantarkan ku kembali ke asrama, tempat ku menghabiskan tiga tahun kisah sma dengan semua bumbu dan dramanya. Pulang ke rumah hanya untuk mencuci pakaian kotor selama seminggu yang menumpuk dibawah ranjang asrama, terlalu sedikit waktu untuk merajut kemesraan bersama mereka. Mamah yang telah bekerja seharian dimalam minggu lebih memilih tidur lebih awal dan bapak tidak jauh berbeda. Kala itu kakak ku masih berstatus anak rantau di kota Makassar berstatus mahasiswi sedangkan adik ku terlalu sibuk bermalam minggu dirumah tetangga bersama teman-temannya.

Sedangkan aku?
Setiap kali kembali ke rumah lebih memilih menghabiskan waktu malam minggu ku bermain hp yang tidak bisa ku sentuh sedikitpun ketika berada di asrama.

ahh betapa rindunya aku pada mereka, bahkan dihari pertama kedatangan ku aku telah merindu! padahal dulu rasanya tak seperti ini, saat merantau ke kota Makassar untuk merasakan hitam putih bangku kuliah.


Harusnya aku tak semelow ini sekarang, mengingat terpisah jauh dari mereka bukanlah hal baru untuk ku bahkan ketika masih berstatus mahasiswa kemarin, tidak jarang aku hanya bisa pulang enam bulan sekali ketika libur semester itupun tak seberapa akibat telah dikurangi dengan jadwal pbl dan kkn yang dilakukan diwaktu libur.

Kami terbiasa terpisahkan oleh jarak, ribuan kilometer terbentang diantara kami. Tapi entah apa yang mengusik rindu ku saat ini.

Aku hanya Rindu,
benar-benar rindu.

pada Rumah,
pada penghuni di dalamnya,
dan pada satu buah nama yang terus ku lampirkan.


Ahh~ semoga saja disana mereka baik,
Rindu juga doa ku memeluk mereka sekarang, ditempat ku berada ditemani gerimis dan udara dingin yang ku coba ajak berkenalan.



-Ayy-

Tsukuba, Japan 2018



Tidak ada komentar:

Posting Komentar